Selasa, 13 Oktober 2015

Kunjungan Pra Anestesi

ANAMNESIS
Anamnesis dapat diperoleh dengan bertanya langsung pada pasien atau melalui keluarga pasien. Yang harus diperhatikan pada anamnesis  :
1.  Identifikasi pasien , misalnya : nama,umur, alamat, pekerjaan, dll.
2. Riwayat penyakit yang pernah atau sedang diderita yang mungkin dapat menjadi penyulit dalam anesthesia, antara lain :
  • Penyakit alergi.
  • Diabetes mellitus
  • Penyakit paru kronik : asma bronchial, pneumonia, bronchitis.
  • Penyakit jantung dan hipertensi (seperti  infark miokard, angina pectoris, dekompensasi kordis)
  • Penyakit susunan saraf (seperti stroke, kejang, parese, plegi, dll)
  • Penyakit hati.
  • Penyakit ginjal.
  • Penyakit ganguan perdarahan (riwayat perdarahan memanjang)
3.  Riwayat obat-obat yang sedang atau telah digunakan dan mungkin menimbulkan intereaksi  (potensiasi, sinergis, antagonis dll) dengan obat-obat anestetik. Misalnya, , obat anti hipertensi , obat-obat antidiabetik, antibiotik  golongan aminoglikosida ,obat penyakit jantung  (seperti digitalis, diuretika),  monoamino oxidase inhibitor, bronkodilator.  
Keputusan untuk  melanjutkan medikasi selama periode sebelum anestesi tergantung  dari beratnya penyakit dasarnya. Biasanya obat-obatan yang dipakai pasien tetap diteruskan tetapi mengalami perubahan dosis, diubah menjadi preparat dengan masa kerja lebih singkat atau dihentikan untuk sementara waktu.  Akan tetapi, secara umum dikatakan bahwa medikasi dapat dilanjutkan sampai waktu untuk dilakukan pembedahan.
4. Alergi dan reaksi obat. Reaksi alergi kadang-kadang salah diartikan oleh pasien dan kurangnya dokumentasi sehingga tidak didapatkan keterangan yang  memadai. Beratnya berkisar dari asimptomatik hingga reaksi anfilaktik yang mengancam kehidupan, akan tetapi seringkali alergi dilaporkan hanya karena intoleransi obat-obatan,  . Pada evaluasi pre operatif dicatat seluruh reaksi obat dengan penjelasan tentang kemungkinan terjadinya respon alergi yang serius., termasuk reaksi terhadap plester, sabun iodine dan lateks. Jika respon alergi terlihat, obat penyebab tidak diberikan lagi tanpa tes imunologik  atau diberi terapi awal dengan antihistamin,  atau kortikosteroid.
5.  Riwayat operasi dan anestesi yang pernah dialami diwaktu yang lalu , berapa kali  dan selang waktunya. Apakah pasien mengalami komplilkasi saat itu seperti kesulitan pulih sadar, perawatan intensif pasca bedah.
6. Riwayat keluarga. Riwayat anestesi yang merugikan atau membayakan pada keluarga yang lain sebaiknya juga dieveluasi. Wanita pada  usia produktif sebaiknya ditanyakan tentang kemungkinan mengandung. Pada kasus yang meragukan , pemeriksaan kehamilan preoperative merupakan suatu indikasi.
7.  Riwayat sosial yang mungkin dapat mempengaruhi jalannya anestesi seperti :
  • Perokok berat (diatas 20 batang perhari) dapat mempersulit induksi anestesi   karena merangasang batuk , sekresi jalan napas yang banyak, memicu atelektasis dan pneumenia pasca bedah. Rokok sebaiknya dihentikan minimal 24 jam sebelumnya untuk menghindari adanya CO dalam darah.
  • Pecandu alcohol umumnya resisten terhadap obat- obat anestesi khususnya golongan  barbiturat. Peminum alkohol dapat menderita sirosis hepatic.
  • Meminum obat-obat penenang atau narkotik.
8.  Makan minum terakhir (khusus untuk operasi emergensi)

Share this

0 Comment to "Kunjungan Pra Anestesi "

Posting Komentar